Tren “In This Economy”: Cara Pebisnis Tetap Kreatif dan Relevan di Tengah Ketidakpastian
Beberapa tahun terakhir, dunia bisnis diguncang berbagai ketidakpastian. Mulai dari pandemi, inflasi global, suku bunga tinggi, PHK massal, hingga deflasi seperti yang sempat terjadi di Indonesia. Dalam situasi yang serba tidak pasti ini, muncullah tren “in this economy”, yang awalnya bernada pesimistis, namun kini justru menjadi pemicu kreativitas baru.
Bukan hanya keluhan, frasa ini kini menjelma menjadi semacam tantangan tidak tertulis: bagaimana caranya tetap bertahan, berkembang, bahkan menciptakan inovasi saat semuanya tampak lesu. Sekaligus pengingat bahwa pebisnis harus lebih adaptif dan cerdas membaca peluang meskipun kondisi ekonomi sedang sulit.
7 Cara Kreatif dan Inspiratif Pebisnis Menyikapi Tren “In This Economy”
Di balik tekanan ekonomi, muncul ruang untuk inovasi dan efisiensi. Inilah 7 cara kreatif yang telah dibuktikan banyak pelaku usaha dalam merespons tantangan zaman dengan lebih adaptif dan berdaya tahan.
1. Memperkuat Komunitas Pelanggan

Alih-alih fokus hanya pada penjualan, banyak pebisnis kini membangun komunitas yang aktif dan suportif. Ini menciptakan keterikatan emosional antara brand dan pelanggan. Komunitas bisa menjadi tempat berbagi edukasi, promosi, hingga riset pasar secara organik.
2. Menawarkan Produk dengan Harga “Survivor-Friendly”
Pebisnis menyadari bahwa daya beli masyarakat berubah sehingga mereka meluncurkan versi mini, bundling hemat, atau model langganan. Strategi ini tetap menjaga cash flow tanpa mengorbankan kualitas. Produk yang terasa “masuk akal” di tengah kondisi sulit lebih mudah diterima pasar.
3. Mengoptimalkan Operasional Secara Digital
Banyak bisnis beralih ke teknologi murah dan efisien seperti penggunaan WhatsApp Business, kasir digital, hingga chatbot otomatis. Teknologi ini membantu bisnis tetap produktif dengan biaya lebih rendah. Digitalisasi bukan lagi opsi, tapi kebutuhan pokok—especially in this economy.
4. Membangun Kemitraan atau Kolaborasi Strategis

Daripada berjalan sendiri, pelaku usaha mencari partner kolaboratif dari sektor lain untuk berbagi beban sekaligus memperluas pasar. Misalnya, brand makanan berkolaborasi dengan kreator konten lokal atau brand fesyen. Kolaborasi membuka jalan baru dengan modal yang lebih ringan.
5. Mengemas Cerita Bisnis yang Autentik
Di tengah banjir informasi, pelanggan mencari brand yang jujur dan punya kisah nyata. Pebisnis yang berani membagikan perjalanan usahanya—termasuk jatuh bangun—justru mendapat simpati pasar. Storytelling jadi senjata ampuh untuk membangun loyalitas pelanggan.
6. Menjaga Kesehatan Mental dan Produktivitas Tim
Pebisnis mulai sadar bahwa mempertahankan tim yang sehat secara mental lebih penting dari sekadar target angka. Mereka menerapkan jadwal kerja fleksibel, check-in rutin, atau bahkan cuti mental jika diperlukan. Dalam kondisi sulit, empati bisa jadi pembeda yang paling berpengaruh.
7. Berani Menyederhanakan Skala Bisnis

Alih-alih ekspansi besar-besaran, banyak pelaku usaha justru memilih memperkuat fondasi dengan menyederhanakan produk, outlet, atau proses kerja. Prinsip “less is more” jadi strategi efisiensi yang relevan di masa penuh tekanan. Ini bukan kemunduran, tapi cara bertahan cerdas—yes, even in this economy.
Tren “in this economy” memang lahir dari krisis, tapi bukan berarti kita harus pasrah dan berhenti bergerak. Justru dalam tekanan itulah muncul kreativitas, efisiensi, dan cara-cara baru yang lebih adaptif dan relevan. Para pebisnis yang bisa membaca tren ini dengan cerdas akan tetap relevan, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
Agar tetap tangguh menghadapi dinamika pasar dan tantangan zaman, teruslah belajar dan update strategi bisnis Anda. Simak artikel inspiratif lainnya hanya di KabarFranchise.com karena in this economy, masih ada banyak peluang yang bisa dimenangkan, kok!


Leave a Reply