Franchise Kopi vs Milk Tea: Mana yang Lebih Menguntungkan?
Bisnis minuman kekinian masih menjadi primadona di Indonesia. Dari booth kecil di pinggir jalan sampai gerai di pusat perbelanjaan, berbagai brand kopi dan milk tea bermunculan menawarkan cita rasa dan pengalaman minum yang berbeda. Namun, jika Anda sedang mempertimbangkan untuk membuka usaha waralaba, muncul satu pertanyaan besar, yakni mana yang lebih menguntungkan: franchise kopi vs milk tea? Untuk menjawabnya, mari kita bahas peluang dan tantangan dari masing-masing jenis franchise di artikel ini!
Peluang dan Tantangan Franchise Kopi

Franchise kopi bisa dibilang memiliki posisi yang cukup stabil di pasar Indonesia, mengingat budaya minum kopi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Dari kalangan profesional hingga mahasiswa, kopi menjadi “teman” aktivitas produktif. Hal ini membuat bisnis kopi tidak sekadar musiman, tapi cenderung berkelanjutan.
Peluang Franchise Kopi
- Permintaannya relatif tinggi dan stabil. Bahkan terus meningkat setiap tahun. Ini karena banyak orang memulai hari dengan kopi, menjadikannya kebutuhan rutin, bukan sekadar gaya hidup.
- Pasar yang luas dan beragam. Dari kelas menengah hingga premium, semua punya segmen sendiri. Mulai dari warung kopi sederhana hingga coffee shop berkonsep modern.
- Repeat order tinggi. Pelanggan kopi cenderung loyal karena efek “ketagihan kafein” dan kebiasaan harian yang sulit tergantikan.
- Inovasi menu dan konsep yang fleksibel. Franchise kopi bisa beradaptasi dengan tren, seperti menambahkan menu non-coffee, seasonal drink, atau menggunakan konsep grab and go.
- Potensi margin yang kompetitif. Dengan pengelolaan bahan baku yang efisien, margin keuntungan bisa mencapai 40–60%, terutama pada menu berbasis espresso dan manual brew.
Tantangan Franchise Kopi
- Persaingan yang ketat. Banyaknya brand lokal dan internasional membuat pasar kopi sangat padat sehingga diferensiasi menjadi kunci utama.
- Modal awal relatif tinggi. Peralatan espresso, mesin grinder, dan bahan baku berkualitas memerlukan investasi yang tidak kecil—kecuali Anda memilih kopi sachet.
- Butuh SDM terlatih. Kualitas rasa sangat bergantung pada kemampuan barista. Pelatihan intensif dan standarisasi menjadi keharusan.
- Lokasi menentukan keberhasilan. Coffee shop di lokasi sepi sulit menarik pelanggan rutin, sementara lokasi premium berarti biaya sewa yang tinggi.
- Tren yang bergerak cepat. Selera konsumen terus berubah dan franchise harus sigap beradaptasi agar tidak kehilangan relevansi.
Peluang dan Tantangan Franchise Milk Tea

Berbeda dengan kopi yang sudah lama mengakar, milk tea tumbuh pesat dalam satu dekade terakhir sebagai tren minuman kekinian. Varian rasa yang manis, tampilan menarik, dan cita rasa yang ringan membuatnya mudah diterima berbagai kalangan—terutama anak muda. Namun, di balik popularitasnya, bisnis milk tea juga punya tantangan tersendiri.
Peluang Franchise Milk Tea
- Tren pasar yang masih kuat. Meski sudah berjalan beberapa tahun, minuman milk tea (termasuk boba dan cheese tea) masih diminati karena inovasinya yang tidak pernah putus.
- Target pasar luas. Anak sekolah, mahasiswa, hingga pekerja muda menyukai minuman manis yang mudah dikonsumsi kapan saja.
- Modal relatif terjangkau. Beberapa franchise milk tea menawarkan paket kemitraan yang relatif lebih rendah dibanding coffee shop modern.
- Mudah dikreasikan dan dipasarkan. Varian topping, warna menarik, dan kemasan estetik membuatnya mudah viral di media sosial.
- Adaptif dengan tren lifestyle. Brand milk tea mudah berinovasi dengan konsep baru seperti less sugar, vegan milk, atau seasonal flavor sesuai permintaan pasar.
Tantangan Franchise Milk Tea
- Tren cepat berubah. Popularitas milk tea bisa naik-turun tergantung tren media sosial. Brand baru bisa cepat naik, tapi juga cepat redup.
- Loyalitas pelanggan rendah. Konsumen milk tea cenderung berpindah-pindah brand karena rasa dan pengalaman tidak terlalu jauh berbeda.
- Ketergantungan pada bahan impor. Beberapa bahan seperti tapioka pearl atau flavoring premium masih bergantung pada pasokan luar negeri.
- Margin tipis jika volume penjualan rendah. Jika penjualan harian menurun, biaya bahan dan topping bisa memangkas margin secara signifikan.
- Persaingan ketat dan produk serupa. Banyaknya brand dengan menu hampir identik membuat sulit menonjol tanpa diferensiasi kuat.
Franchise Kopi vs Milk Tea: Mana yang Lebih Menguntungkan?

Secara umum, franchise kopi cenderung lebih sustainable karena konsumsi kopi bersifat kebiasaan, bukan tren musiman. Namun, dibutuhkan modal lebih besar dan kemampuan operasional yang matang untuk menjaga kualitas produk.
Di sisi lain, franchise milk tea lebih cocok bagi investor yang ingin masuk cepat dengan modal ringan dan strategi pemasaran agresif. Tapi perlu diingat, pasar milk tea bergerak cepat dan butuh inovasi terus-menerus agar tetap relevan.
Kuncinya bukan memilih mana yang paling populer, tapi yang paling sesuai dengan tujuan jangka panjang, lokasi bisnis, dan kapasitas modal Anda.
Baik franchise kopi maupun milk tea sama-sama memiliki potensi besar di pasar Indonesia yang gemar minuman siap saji. Namun, setiap peluang datang bersama tantangan yang berbeda.
Jika Anda siap membangun bisnis yang konsisten, brand kopi bisa menjadi pilihan berkelanjutan. Tapi jika Anda ingin bermain di pasar dinamis dan mengikuti tren muda, milk tea bisa jadi langkah awal yang menjanjikan.
Untuk membaca lebih banyak panduan, riset peluang, dan daftar franchise terbaru, kunjungi KabarFranchise.com—portal informasi waralaba yang membantu Anda menavigasi dunia bisnis dengan lebih cerdas.


Leave a Reply