Bisnis Mixue: Dari Kesuksesan Meroket Hingga Tantangan Kanibalisasi Penjualan
Bisnis Mixue, brand es krim dan teh asal Tiongkok, pernah menjadi fenomena yang mengguncang pasar Indonesia. Sejak memasuki pasar pada tahun 2020, Mixue dengan cepat mendapatkan perhatian konsumen.
Dengan harga yang sangat terjangkau dan varian rasa yang kekinian, Mixue menjadi pilihan favorit bagi banyak orang. Namun, setelah beberapa tahun beroperasi, apa yang terjadi dengan bisnis Mixue sekarang? Mari kita telusuri perjalanan Mixue, dari puncak kesuksesan hingga tantangan yang mengancam keberlanjutannya.
Kesuksesan yang Mengguncang
Bisnis Mixue memasuki pasar Indonesia dengan strategi harga yang sangat bersaing—mulai dari Rp8.000 untuk produk es krim dan teh mereka. Keberhasilan Mixue tidak terlepas dari produk yang sesuai dengan selera pasar, menawarkan varian rasa yang sedang tren, dan hadir dengan harga yang terjangkau. Tak lama setelah itu, outlet-outlet Mixue mulai menjamur di berbagai kota, bahkan menjadi topik hangat di media sosial.
Strategi Ekspansi Bisnis Mixue
Salah satu strategi utama bisnis Mixue adalah ekspansi yang cepat dan agresif. Outlet Mixue tersebar di berbagai lokasi, bahkan banyak yang menjadikan ruko-ruko kosong sebagai tempat usaha mereka. Fenomena ini dikenal sebagai “penjajah ruko kosong,” di mana Mixue membuka banyak outlet dalam waktu singkat, sering kali di area yang berdekatan.
Namun, strategi ini ternyata membawa dampak negatif bagi bisnis Mixue. Terutamanya, tidak ada perencanaan yang matang terkait jarak antar-outlet, Mixue menghadapi masalah yang dikenal sebagai cannibal sales—di mana outlet yang terlalu dekat saling merebut pelanggan satu sama lain.

Tantangan Cannibal Sales dalam Bisnis Mixue
Cannibal sales terjadi ketika outlet brand membuka terlalu banyak cabang di area yang sama, sehingga outlet-outlet tersebut bersaing satu sama lain. Contohnya dalam kasus Mixue, hal ini sangat jelas terlihat.
Dengan banyaknya outlet yang dibuka dalam waktu bersamaan, pelanggan yang dulunya setia ke satu outlet kini memiliki banyak pilihan, yang mengakibatkan penurunan penjualan di masing-masing outlet. Hal ini menyebabkan outlet Mixue tidak dapat mencapai target penjualan yang diharapkan, dan banyak outlet yang mengalami penurunan performa hingga harus tutup.
Hilangnya Eksklusivitas dan Dampaknya pada Bisnis Mixue
Pada awalnya, bisnis Mixue dikenal karena keunikannya dan harga yang sangat terjangkau. Namun, dengan semakin banyaknya outlet yang dibuka, keunikan Mixue mulai pudar. Konsumen yang dulu merasa penasaran kini merasa produk Mixue terlalu mudah diakses, sehingga minat terhadap brand ini mulai menurun.
Kehilangan eksklusivitas ini berdampak langsung pada penurunan jumlah pelanggan dan penjualan. Brand yang dulu dianggap istimewa kini menjadi biasa, dan hal ini mempengaruhi daya tarik Mixue di pasar.

Penutupan Outlet Mixue: Apa yang Terjadi?
Seiring dengan tantangan cannibal sales dan hilangnya eksklusivitas, banyak outlet Mixue yang akhirnya harus ditutup. Outlet-outlet yang sebelumnya ramai kini terlihat sepi, dan beberapa harus berhenti beroperasi karena tidak mampu bersaing. Penutupan ini menunjukkan ekspansi yang cepat tidak selalu diikuti dengan keberhasilan jangka panjang jika tidak diimbangi dengan strategi yang matang.
Melihat ke Depan untuk Kesuksesan Bisnis
Kisah bisnis Mixue memberikan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana strategi ekspansi dan keunikan produk dapat mempengaruhi keberhasilan sebuah brand. Untuk pebisnis dan franchise yang ingin belajar tentang strategi yang efektif dan cara menghindari kesalahan yang sama, kami memiliki banyak informasi yang bermanfaat.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan wawasan terbaru tentang dunia bisnis dan franchise. Kunjungi Kabar Franchise untuk informasi lebih lanjut dan tips berharga yang bisa membantu Anda dalam meraih kesuksesan bisnis!


Leave a Reply