Kopi Tuku Buka di Amsterdam: Cerita Sukses Brand Lokal dari Cipete

Kesuksesan Kopi Tuku di Amsterdam menjadi bukti bahwa brand lokal Indonesia punya daya saing kuat di pasar global. Tak hanya menyajikan kopi susu gula aren yang sudah lekat di lidah masyarakat Indonesia, Tuku juga membawa filosofi dan nilai-nilai lokal ke kancah internasional.
Langkah ekspansi ini bukan sekadar strategi bisnis, melainkan juga bentuk representasi budaya Indonesia yang kini hadir di pusat Eropa.
Dari Festival Kopi ke Kota Global
Sebelum resmi membuka gerai, Tuku lebih dulu hadir dalam Festival Kopi di Amsterdam selama dua tahun berturut-turut. Produk andalannya, kopi susu gula aren, mencuri perhatian para penikmat kopi Eropa. Dari sinilah ide membuka gerai fisik di Belanda mulai diwujudkan.
Sebagai langkah nyata menyambut pasar global, sekaligus membawa semangat Indonesia ke tengah budaya ngopi Eropa.
Apa yang Dibawa Tuku ke Amsterdam?
Gerai Tuku di Amsterdam menyajikan kopi susu gula aren yang dibuat dari biji kopi asli Indonesia dan gula aren lokal. Namun yang membuatnya istimewa bukan hanya resep, tapi juga filosofi “tetangga” yang Tuku pertahankan di setiap gerainya—hangat, ramah, dan dekat dengan pelanggan.
Tuku juga menerapkan prinsip keberlanjutan, mulai dari bahan baku hasil kolaborasi dengan petani dalam sistem agroforestri, hingga penggunaan kemasan ramah lingkungan.

Sebelumnya, Tuku Juga Ekspansi ke Korea Selatan
Amsterdam bukanlah negara pertama tempat Tuku berekspansi. Sebelumnya, Tuku juga membuka cabang di Korea Selatan. Respon masyarakat di sana pun cukup positif. Rasa yang disajikan tetap konsisten dan autentik, membuktikan bahwa Tuku mampu menjaga kualitas meskipun melintasi batas negara.
Kenapa Memilih Amsterdam?
Ada banyak alasan strategis di balik keputusan Kopi Tuku buka di Amsterdam. Selain memiliki komunitas diaspora Indonesia yang besar, Belanda juga dikenal dengan budaya ngopi yang kuat. Gaya hidup “coffee to go” yang melekat di Amsterdam memberi peluang besar bagi brand seperti Tuku yang fokus pada produk cepat saji namun tetap berkualitas.
Amsterdam juga kota multikultural, sehingga lebih terbuka terhadap cita rasa dan konsep baru—termasuk kopi susu gula aren yang dibawa dari Indonesia.
Menjadi Tetangga, Bukan Sekadar Penjual
Menurut Eleonora Ancilla, Head of Brand Tuku, mereka ingin hadir di Amsterdam bukan sebagai merek asing, melainkan sebagai tetangga baru yang hadir untuk mendengarkan dan beradaptasi. Inilah yang membedakan Tuku dari banyak brand internasional yang sering hanya fokus pada ekspansi tanpa memahami konteks budaya lokal.

Tantangan dan Modal Utama
Tentu saja, membuka bisnis di luar negeri menghadirkan tantangan tersendiri—regulasi pangan, logistik bahan baku, hingga selera konsumen yang berbeda. Tapi Kopi Tuku buka di Amsterdam dengan pondasi yang kuat:
- Identitas yang kuat dan konsisten
- Produk yang autentik dan familiar
- Dukungan rantai pasok lokal
- Pendekatan brand yang humanis
Dengan kombinasi tersebut, Kopi Tuku menembus Amsterdam dengan pijakan yang lebih kokoh.
Inspirasi untuk Brand Lokal Lain
Keberhasilan Kopi Tuku buka di Amsterdam menjadi inspirasi nyata bahwa brand lokal juga bisa menembus pasar internasional. Tuku menunjukkan bahwa dengan konsistensi produk, filosofi yang kuat, dan keberanian untuk menjelajah, UMKM Indonesia mampu bersaing secara global.
Kopi Tuku menembus Amsterdam adalah bukti bahwa produk lokal tidak hanya layak dikonsumsi di dalam negeri—tapi juga punya tempat di hati dunia.
Leave a Reply